Investigasi Hukum

SKANDAL KORUPSI FIFA

MIAMI, KOMPAS.com — Mungkin hanya sedikit penggemar sepak bola yang pernah mendengar nama Traffic Group, sebuah perusahaan pemasaran olahraga asal Brasil yang didirikan oleh Jose Hawilla.

Namun, untuk memahami tuduhan yang kini mencengkeram organisasi sepak bola dunia, FIFA, ada baiknya untuk terlebih dahulu memahami dakwaan yang dijatuhkan kepada Hawilla dan anak perusahaannya di AS.

Pejabat AS mengatakan, Hawilla adalah salah satu orang yang membayar suap untuk para pejabat FIFA. Uang suap itu sebenarnya harus digunakan untuk pengembangan sepak bola.

Hawilla berperan sebagai “makelar” antara berbagai federasi sepak bola di dunia dan perusahaan-perusahaan yang ingin ambil bagian dalam olahraga itu, khususnya dalam urusan menjadi sponsor atau memiliki hak siar pertandingan.

Semua perusahaan itu harus berurusan dengan Hawilla dan Traffic Group karena perusahaan Brasil ini sudah memiliki kesepakatan dengan berbagai federasi sepak bola di dunia. Nah, untuk memuluskan semua kesepakatan bisnis, Hawilla harus menyuap para pejabat federasi bola itu.

Dakwaan hukum itu tidak menyasar perusahaan sponsor atau lembaga penyiaran karena membayar suap kepada Hawilla atau pejabat FIFA. Namun, kontrak antara perusahaan-perusahaan itu dengan Hawilla yang kemudian digunakan untuk mencairkan uang suap yang berakhir di kantong para pejabat FIFA.

Mengaku bersalah

Pada Desember tahun lalu, Hawilla dan dua anak perusahaan Traffic Group yang berbasis di Florida secara diam-diam mengaku bersalah di pengadilan federal AS atas dakwaan pemerasan, penyuapan, dan pencucian uang.

Sebagai bagian dari pengakuan itu, Hawilla sepakat untuk menyerahkan uang sebesar 151 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,9 triliun yang diperolehnya dari perbuatannya itu.

Pernyataan bersalah itu dipublikasikan pada Rabu (27/5/2015), pada saat tuduhan baru dijatuhkan kepada sejumlah petinggi FIFA. Selanjutnya, aparat hukum Swiss melakukan penangkapan sejumlah petinggi FIFA yang akan segera diekstradisi ke AS untuk diadili.

Dalam dakwaan terhadap Hawilla memang tidak menyebut nama-nama pejabat FIFA yang menerima uang suap. Dalam surat dakwaan hanya disebut “rekan sekongkol 1” yang digambarkan sebagai seorang “pejabat tinggi FIFA”.

Masih berdasarkan surat dakwaan itu, sang pejabat FIFA pada 1991 mengatakan kepada Hawilla bahwa pria itu bisa meraup banyak uang dari hak yang dimilikinya. Pejabat FIFA itu menambahkan bahwa sebuah hal yang “wajar” jika dia juga mendapatkan bagian dari uang itu.

Dalam perkembangannya, para pejabat FIFA lainnya mulai meminta bagian dari kontrak yang disepakati Traffic Group. Pada 2013, Hawilla dan perusahaan pemasaran olahraga lainnya bersekongkol untuk membayar suap sebesar 100 juta dollar AS yang dibagikan kepada 11 orang pejabat FIFA.

Tiga pejabat tertinggi FIFA masing-masing meminta bagian 15 juta dollar AS, untuk tujuh pejabat lainnya masing-masing menerima 9,5 juta dollar AS, dan sisanya 2,5 juta dolar AS untuk pejabat terakhir.

Sumber : CNN